KONPLIK  MARGA SIMANJUNTAK


Cerita Raja Marsundung Simanjuntak
Oleh Drs Kemal Martinus Sihite
NDA DA SIAN DIA DA MULANI UNTE MALAU ON
SIAN LOBU SIREGAR SAI SAHAT TU HUTA
NDA DA SIAN DIA DA MULA NI HATA TU AHU ON
SIAN SIGANJANG DILA DA ULA NI PAMOLA- MOLA
Raja Marsundung Simanjuntak adalah salah satu cucu dari Sibagot Ni Pohan, Sibagot Ni Pohan ini mempunyai empat orang anak:
1. Tuan Sihubil.
2. Tuan Somanimbil.
3. Tuan Dibangarna.
4. Raja Sonakmalela.

Tuan Somanimbil mempunyai tiga orang anak, yaitu:
1. Somba Debata (Siahaan).
2. Raja Marsundung (Simanjuntak).
3. Tuan Maruji (Hutagaol).

Raja Marsundung mempunyai istri pertama yang bernama Taripar Laut boru Hasibuan. Dari isteri pertama ini Raja Marsundung mendapatkan satu orang anak yaitu Raja Parsuratan.
Beberapa tahun setelah Taripar Laut boru Hasibuan meninggal, Raja Marsundung  sangat bersedih  karena sangat menyayanginya. Dan selama mereka berumah tangga tak pernah ada cekcok, semua masalah diselesaikan dengan canda dan tawa.
Melihat Raja Marsudung yang begitu menderita  , datanglah Somba Debata dan Tuan Maruji  membujuknya untuk berumah tangga lagi , dengan berbagai alasan dan penjelasan  akhirnya Raja marsundung  mau menikah lagi. Dia mengambil isteri dari negeri Sihotang (dekat Pangururan Samosir) yang bernama Sobosihon boru Sihotang.
Dengan demikian sejak itu Si Raja Parsuratan memiliki ibu tiri (panoroni). Dari isteri yang kedua ini lahirlah Raja Mardaup, Raja Sitombuk, Raja Hutabulu dan dua orang anak perempuan. Salah satu dari dua anak perempuan Raja Marsundung kemudian kawin dengan marga Sirait.
Rupanya hubungan antara Raja Parsuratan dan ibu tirinya Sobosihon boru Sihotang kurang harmonis. Hal ini dapat dimaklumi karena di orang Batak, antara anak tiri dengan ibu tirinya sering tidak ada kecocokan/kerukunan, juga karena si Bapak  terkadang selalu lebih memihak kepada isteri keduanya.Tetapi lebih banyak disebabkan oleh isu. Kebetulan  di kampung tersebut  ada Raja Sibola Huta, yang selalu menjadikan setiap konflik  menjadi keuntungan.
Lalu  Raja Sibola Huta  berfikir bagaimana untuk mendapat sebahagian harta dari Raja Marsundung, Melihat keadaan tersebut  kemudian Raja Sibola Huta mendekati Raja Parsuratan dan berkata ,
“ Lihatlah  Ayahmu itu hanya memperhatikan istrinya dan adik tirimu  tanpa memperhatikan kau, dulu waktu ibumu masih hidup, kau terlihat lebih sehat , tapi,,,  sekarang  saya tidak sampai hati melihatmu ,
 Kemudian Raja Parsuratan  melihat wajah Raja Sibola huta, yang tampak sedih  dan melihat ada bintik – air mata ,  setiap ada kesempatan Raja Sibola huta selalu berusaha untuk mempengaruhi, dengan berbagai cerita yang mengarahkan pikiran bahwa orang tuanya tidak menyayangi.
Lalu  Raja Parsuratan     bertanya dalam hati,
“ Benarkah ayahku tidak sayang lagi , tetapi  ibu begitu baik  ,perlakuannya sama ke pada kami semua anak-anaknya walau aku anak tiri,apa sebenarnya yang terjadi“
Karena kondisi yang tidak menyenangkan ini, Raja Parsuratan minta izin kepada Raja Marsundung , untuk meninggalkan kampung halamannya dan pergi merantau ke kampung Tulangnya di Sigaol, desa Marga Hasibuan,hal ini sangat berat bagi Raja Marsundung, karena dengan melihat wajah Raja Parsuratan  , kerinduan akan wajah isteri pertamanya sudah terobati.Tetapi apa mau di katakan anaknyapun sudah besar dan sudah mulai mengetahui mana yang baik dan buruk. Kemudian Raja Parsuratan pergi merantau dan  kawin dengan boru tulangnya yakni Boru Hasibuan, dan menetap di sana dengan waktu yang cukup lama.
Mengetahui Raja Parsuratan sudah merantau, Raja Sibola hutapun berpikir keras apa yang harus diperbuat untuk mendapatkan harta Raja Marsundung,lalu mendekatinya dan berkata
“Aku ikut prihatin  melihat keadaan kalian , padahal  hanya satu anakmu  dari isteri pertama, tapi dia sekarang sudah pergi  merantau , bersabarlah menghadapi keadaan ini, tetapi sebelum Raja Parsuratan merantau beliau berkata sangat tersiksa karena ibi tirinya tidak memperhatiannya”
Sejak kepergian Raja Parsuratan , Raja Marsundung  sangat sedih dia mengingat almarhum isterinya yang berpesan  : Jangan sia-siakan anak kita  , jika anak itu berhasil kau ajari berarti  dirimu  benar-benar mencintai  saya”dan juga kenangan waktu masih hidup begitu indah.
Raja Marsundung mulai jatuh sakit  hanya  memikirkan  anaknya Raja Parsuratan dan akhirnya meninggal dunia. Raja Parsuratan kemudian kembali pulang ke kampung halamannya di Parsuratan, Paindoan Balige.
Melihat adiknya yang masih kecil serta kebaikan ibu tirinya Sobosihon boru Sihotang sewaktu dia masih kecil  serta pesan dari tulangnya supaya hidap damai dengan ibu tirinya dan adik-adiknya ,kemudian Raja Parsuratan menetap dan hidup berdekatan dengan ibu tirinya, dan  adik tirinya yaitu Raja Mardaup, Raja Sitombuk dan Raja Hutabulu serta dua orang anak perempuan.Salah satu keturunan Raja Marsundung dari isterinya Sobosihon boru Sihotang, yaitu anak yang tertua (anak perempuan) sangat dekat dengan ibunya. Sebagai anak yang tertua, maka dialah yang selalu gigih membantu ibunya sementara adik-adiknya masih kecil-kecil.
Karena Raja Parsuratan magodang di kampung tulangnya, dan jarang pulang kampung, maka dia tidak memiliki hubungan yang kurang dekat dengan bapaknya, sehingga setelah meninggal, tidak ada pesan dari Raja Marsundung kepada Raja Parsuratan terutama mengenai harta yang ditinggalkan.
Raja Parsuratan menganggap bahwa harta yang diwariskan Raja Marsundung dengan Taripar Laut boru Hasibuan hanyalah seekor kerbau dan sebidang tanah, melihat kenyataan ini  Raja Parsuratan   berusaha semaksimal mungkin  untuk meningkatkan tarap hidup keluarganya, yaitu membajak sawah  milik mereka  sehingga nantinya adik-adiknya tinggal menanam saja, dan  juga membajak sawah orang lain.
Hasil dari kerja keras Raja Parsuratan dan keluarganya, harta merekapun mulai melimpah. Melihat kenyataan ini sebahagian masyarakat di sekelilingnya mulai iri, dan yang paling iri adalah Raja Sibola huta, maka diapun mencari jalan dan menemukannya.
Di suatu waktu Raja Sibola huta menjumpai Sobosihon boru sihotang yang sedang memasak untuk anak-anaknya, dan berkata,
“ Saya perhatikan  anakmu Raja Parsuratan sepertinya ingin menguasai seluruh  harta kalian , jadi  sebagai seorang ibu sudah harus mempersiapkan bagian-bagian untuk setiap anak.”
 Lalu Sobosihon menjawab;’
“ Saya yakin dan percaya pada semua anak-anakku tidak terkecuali Raja Parsuratan” lalu menyuruh Raja Sibola huta meninggalkan rumahnya  karena makan untuk anaknya belum siap. 
Walaupun sudah beberapa kali Raja Sibola huta gagal mempengaruhi keluarga Raja Marsundung namun dia tak mau menyerah . Kebetulan anak Raja Marsundung  yang paling besar perempuan dari Sobosihan sedang sakit keras, lalu ia mendekati Raja Mardaup, Raja Sitombuk,  Raja Hutabulu dan  berkata,
“ Lihatlah abangmu Raja Parsuratan tinggal enaknya  , kerbau dia yang membawa membajak untuk mendapatkan uang ,sementara yang tinggal pada kalian hanya kotorannya, padahal kalian yang setiap pagi sore  yang selalu mencari rumput makanannya,  sudah selayaknya kalian yang membawa kerbau itu membajak sawah”
Namun  ketiga anak Raja Marsundung  tidak terpengaruh.
Tak berapa lama kemudian Anak perempuan Raja Marsundung yang paling besar meninggal dunia. Di sinilah Raja Sibola huta berhasil mempengaruhi orang sekampung. Lalu menyebarkan isu  bahwa meninggalnya anak perempuan itu karena guna-guna serta mengarahkan opini orang sekampung  bahwa  perbuatan itu adalah ulah dari Raja Parsuratan.
Untuk menghindari pergolakan yang lebih besar akhirnya Raja Parsuratan meninggalkan kampung tersebut beserta semua hasil jerih payahnya selama ini , dia berharap  suatu saat nanti adik-adiknya dapat mengetahui betapa besar perhatian dan kasih sayangnya pada keluarga Raja Marsundung.
 Setelah Raja Parsuratan pergi merantau, Sobosihon boru sihotang mulai sakit-sakitan, dia tak menyangka anaknya itu pergi  ,tak berapa  lama kemudian meninggal dunia.
Sebelum meninggal  kata Raja Sibola huta, ibu mereka berpesan
-RAJA PARSURATAN itu adalah abangmu sebagai ganti ayah bagimu, dimana dia duduk janganlah kamu menghampiri dan jika kamu sedang duduk di suatu tempat kalau dia datang tinggalkanlah dia, karena dia adalah ganti ayah bagimu yang harus kamu hormati.
– Jangan menyusahkan hatinya walaupun dia menyusahkan kamu, bila kamu sedang menyalakan api di dapur rumahmu atau dimana saja lalu asapnya terhembus angin ke rumahnya atau ke arah di mana abangmu berada padamkanlah apimu itu supaya dia tidak mengeluarkan air mata karena asap apimu walaupun kamu harus terlambat menyiapkan masakanmu.
– Jangan bertengkar dengan abangmu, sebab itu apabila tanamanmu ada yang condong tumbuh mengarah ke pekarangan rumahnya seumpama tanaman pisangmu sedang tumbuh dan berjantung maka lebih baik tebang saja itu dari pada setelah buahnya ada lalu diambil oleh anaknya dan kamu tidak bisa menahan emosimu dan bertengkar.
          Padahal ini rekayasa dari Raja Sibola huta  supaya dia dapat menguasai sebahagian harta yang sudah berhasil dikumpulkan oleh keturunan Raja Marsundung.
Nb:
Cerita ini adalah  rekayasa  penulis  yang didapat  dari berbagai sumber dan bertujuan untuk persatuan bangso batak ,karena banyak sekali peninggalan bersejarah suku  Batak yang belum terungkap,jadi kalau kita bersatu penulis berharap kita menjadi bangsa yang besar.
Penulis juga minta maaf atas penulisan cerita ini yang menyinggung perasaan.
Penulis  adalah Guru di SMP Negeri 4 Tebing Tinggi, dan pemerhati kebudayaan Batak .
Horas, horas, horas. Tuhan beserta kita.
Hors\,hors\,hors\.

Komentar