Di suatu waktu,terjadi musim kemarau yang berkepanjangan dan orang kampung
mengatakan Haleon Potir menyebabkan
hasil pertanian tidak ada sama sekali , hal ini menyebabkan perhatian bapa uda
siUcok ke siUcok berkurang .melihat keadaan ini Si Ucok(Dongan) yang masih kecil pergi merantau,dia kerkelana kemana dia suka
di perantauan ia tidak pernah tahu marganya , yang dia tahu hanya nama bapa
udanya
Dua puluh tahun kemudian ,Serunipun tumbuh jadi gadis
yang cantik jelita, Selain rupawan, Seruni juga sangat ingin membantu orang
tuanya untuk memperbaiki taraf hidup mereka. Setelah berpikir agak lama ,Seruni
kemudian memberanikan diri menyampaikan ke orang tuanya untuk bekerja di
ladang namun orang tuanya tidak mengijinkan sehingga , setiap hari Seruni hanya tinggal di
rumah untuk memasak, mencuci dan yang berhubungan dengan rumah.
Ucok (Dongan)yang terus berkelana dari satu tempat ke
tempat , akhirnya sampai ke kampung Seruni
adiknya,saat itu Seruni sedang mencuci kain di sebuah sungai, tanpa
sepengetahuannya ada sepotong kain
sarung yang dicuci hanyut,setelah siap
dicuci Seruni berniat pulang , tetapi sebelum pulang dia menghitung kain yang
dicuci , ternyata ada kain sarung yang tidak kelihatan, Setelah memasukkan ke
bakul kain yang sudah siap dicuci ,ia menelusuri aliran sungai dengan harapan
kain sarung tersebut ditemukan . setelah
beberapa lama langkah Seruni terhenti karena ada seorang laki-laki sedang melepaskan lelah dengan merendam kaki
di sungai, dia merasa seperti ada perasaan yang dekat dengan
pria tersebut, lalu memberanikan diri untuk bertanya.
“ Bang, bisa adek bertanya” kata Seruni kepada SiUcok.
Lalu Ucok memperhatikan asal suara tersebut, melihat
Seruni dia tertegun seperti ada perasaan
yang aneh pada dirinya, dan menjawab;
“ Ada yang dapat saya bantu”
Kemudian Seruni menjelaskan apa yang dicarinya.
“ Ada memang
kain itu saya temukan “ kata Dongan sambil menunjukkannya.
Serunipun sangat senang,lalu meminta kain sarung dan
pamit.
Sejak kejadian
itu si Dongan sering ke sungai berharap dapat berjumpa dengan
Seruni , dan demikian juga halnya dengan Seruni, Karena sering berjumpa mereka
saling jatuh cinta,mereka pun jadi berpacaran . Seruni ingin mengetahui siapa
sebenarnya Si Dongan , tetapi jawaban yang diperoleh dari Dongan tidak pernah tahu marganya dia hanya bercerita bahwa dia dibesarkan oleh
bapa udanya.Setelah beberapa lama pacaran mereka ingin membentuk rumah tangga
yang baru, dan mereka sudah terlanjur
berbuat salah.
Suatu malam
Seruni bertanya kepada orang tuanya, apakah dia sudah dapat berumah
tangga, kemudian orangtuanya menjawab Ya dan memberitahukan bahwa Seruni mempunyai abang kandung yang
bernama Ucok, setelah mendapat jawaban yang panjang lebar tentang abangnya ,Serunipun minta ijin untuk tidur.
Esok harinya Seruni dan Dongan bertemu, lalu Seruni
bertanya siapa sebenarnya Si Dongan, lalu Dongan bercerita apa adanya dan siapa
bapa udanya, mendengar jawaban tersebut Seruni terus pamit dengan
alasan ada yang tinggal tanpa mempedulikan Si Dongan . Untuk mennangkan hati , Seruni
pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa
tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si
Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk
merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba.
Ia sudah yakin
bahwa Si Dongan adalah abangkandungnya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut
duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang
dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk
mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja tak terusik
dengan lamunannya.
“Ya, Tuhan!
Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.
Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat
duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba.
Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang
bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang
sambil menggonggong.
Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan
ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Karena
pikirannya kacau ia tidak memperhatikan jalan yang dilalui .Tanpa diduga,
tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang yang besar, sehingga masuk jauh ke
dasar lubang. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap,
“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.
Semakin
kuat suara Seruni , dinding batu caas
itupun ikut bergerak seakan menghimpitnya.
Si
Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat
berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali
Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu
menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.
“Ah,
lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.
Dinding-dinding batu cadas itu
bergerak semakin merapat.
“Parapat…
! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..
Sementara
si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut
lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang
ke rumah untuk meminta bantuan.
Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni
yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah
untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan
bahaya.
Melihat gelagat si Toki yang lain
dari biasanya ,lalu ayah Seruni bertanya,
“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?”
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir
mengajak mereka ke suatu tempat.
“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.
“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.
“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.
“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah.
Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah
Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat
kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut
lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam
lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang
itu.
Kemudian kedua orang tua Seruni
segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada
lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu
terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”
“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! “seru ibu Seruni panik.
“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik. Sambil
mengelilingi llubang batu tersebut.
“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.
“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah
cemas.
Ayah Seruni berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar
lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.
“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.
“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut
berteriak.
Sekali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya
suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk
menghimpitnya.
“Parapat… !
Parapatlah batu… ! Parapatlah!”
“Seruniiii… anakku!”
sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.
Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga
mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak
tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia
pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.
“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.
Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.
“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.
“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.
“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.
Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba
terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat.
Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba
pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke
mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga
Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.
Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu
besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada
dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu
itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang. Oleh
mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.
Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis
itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu
Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga
lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat
batu… parapatlah!”
Oleh karena kata
“parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan
yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”. Parapat kini
menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di
Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Batu tersebut memang
benar menggantung di bawah tebing dan tidak terjatuh. Ukurannya sekitar 2 meter dan menyerupai tubuh manusia.
Di kemudian hari Si Dongan( Ucok)
mengetahui bahwa Seruni adalah adik
kandungnya , dan berjanji untuk
mencantumkan marga bagi seluruh
keturunannya.
Betulnya ini.........???? nanti bohong?? atau copas...hehehe
BalasHapus