Setelah si Raja Batak tiba di Sianjur Mula-Mula ,kemudian
menikah dengan Siboru Deak Parujar , dan mempunyai anak 2 orang laki-laki,yaitu: Guru Tatea Bulan dan Raja
Isombaon. Dan Guru Tatea Bulan menikah
dengan Si Boru Baso Bolon.mempunyai
anak 10 anak , yaitu
Putra ;
1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan
2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)
1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan
2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)
Putri ;
1. Si Boru Biding Laut, (Diyakini sebagai Nyi
Roro Kidul)
2. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
3. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon
2. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
3. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon
4. Sinta
Haumasan
5. Si Boru Nan Tinjo ( jadi pulau Malau)
5. Si Boru Nan Tinjo ( jadi pulau Malau)
Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun ,anak-anak Guru Tatea Bulan sudah beranjak dewasa, dan sudah mulai mengenal cinta. Demikian halnya dengan Saribu Raja tertarik
melihat seorang perempuan di sekitar
tempat tinggalnya,tetapi dia tidak punya keberanian untuk mengungkapkan isi
hatinya.
Kemudian Saribu Raja mencari jalan agar
perempuan itu tertarik kepadanya , akhirnya dia mendapat informasi cara mendapatkan perhatian wanita adalah dengan memakai dorma .Untuk itu
dia harus pergi ke dukun agar diberikan Dorma (pelet). Menurut
dukun itu ,dorma tersebut harus di tanam di bawah tangga , dan siapa yang melangkahi duluan ,maka ia
akan tertarik ke pada Saribu Raja.
Seletah mendapat dorma, dengan langkah yang bersemangat
Saribu Raja meletakkan dorma itu di
bawah tangga tempat tinggal perempuan yang dicintainya. Kemudian dia bersembunyi
di balik pohon di sekitar rumah tersebut.Tiba-tiba hujan datang,hal ini memaksa
Saribu raja mencari tempat yang teduh. Tanpa di sadari oleh Saribu Raja
ternyata kembarannya Si Boru Pereme sudah mengikuti gerak geriknya sejak
berangkat dari rumah. Melihat hujan datang, SiBoru Pareme langsung berteduh di depan rumah yang sudah di tanam
dorma .
Dan Si Boru Pareme melangkahi dorma yang telah ditanam oleh
Si Saribu Raja,yang berakibat dia kena
dorma .
Sejak itu Si Boru Pareme sangat sayang dan mencintai Saribu
Raja,dan kemana dia pergi Si Boru Pareme pasti ikut,Karena seringnya selalu
bersama dan mereka merasakan ada gejolak di hati yang tak dapat dipungkiri.
Akhirnya mereka melakukan hubungan terrlarang, yang mengakibatkan Si Boru
Pareme hamil.
Peristiwa ini membuat Guru Tatea Bulan murka. Demikian
juga dengan saudara-saudaranya. Menurut
hukum yang berlaku mereka harus di
bunuh , akan tetapi kakak mereka SiBoru
Biding laut tidak setuju, maka dia minta kepada adiknya Saribu Raja
meninggalkan kampung mereka,Tetapi Sebelum pergi, Saribu Raja masih
menyempatkan memberi sebuah cincin kepada adik yang juga istrinya, dan berpesan
bila anaknya lahir agar diberi nama Si Raja Lontung.
Melihat perut SiBoru Pareme yang semakin besar , anak-anak
Guru Tatea Bulan ingin membunuhnya,
tetapi dilarang oleh Siboru
Biding laut dan berkata,
“
Kita jangan membunuh Si Boru Pareme ,karena dia adalah saudara kita ,dan sangat
berdosa bila membunuh saudara sendiri, lebih baiklah dia kita usir ke hutan ,
biarlah harimau yang nantinya membunuh dia”
Mendengar
penjelasan ini ,mereka akhirnya setuju untuk mengusir Si Boru Pareme ke hutan.dan sejak itu Si Boru Pareme tinggal di tombak longo-longo
harangan ramburea seorang diri.
Suatu
ketika, Siboru Pareme yang sudah hamil tua dan kesepian ini, dikejutkan oleh
seekor babiat sitelpang (harimau) yang mengaum mendekatinya. Namun karena sudah
terbiasa melihat harimau dan penderitaan yang dialaminya, ia tidak takut lagi
dan pasrah untuk di mangsa. Setelah menunggu beberapa saat, ternyata harimau
itu tidak memangsanya. Harimau dengan
perlahan-lahan mendekatinya, dan
kemudian membuka mulutnya lebar-lebar dihadapan
Siboru Pareme, seakan meminta bantuan. Dari jarak dekat Siboru Pareme melihat
ada sepotong tulang yang tertancap di rahang harimau itu. Timbul rasa iba
dihati Siboru Pareme. Tanpa ragu Siboru Pareme mencabut potongan tulang itu dan
di buangnya. Setelah itu harimau yang dikenal buas mendekatinya serta menggosok-gosokkan
kepalanya ke Siboru Pareme lalu pergi. Sejak itu harimau selalu datang
setiap pagi dan sore mengantar daging hasil buruannya ketempat Siboru
Pareme. Sepertinya harimau itu ingin membalas budi baik yang
diterimanya dari wanita yang sedang hamil tua .
Bila
malam tiba babiat sitelpang selalu
menjaga Siboru Pareme dari gangguan binatang buas ,dan juga menjaganya hingga melahirkan seorang putra
dan diberilah namanya SI RAJA LONTUNG sesuai permintaan Si Saribu Raja.
Babiat Sitelpang
Siboru Pareme dan anaknya Si Raja Lontung yang tinggal di Bukit Sibulan hidup sederhana , mereka hanya mengandalkan kemurahan alam
untuk kelangsungan hidup sehari-hari.Walaupun demikian dia dapat menghidupi anaknya dan
bertumbuh dalam keprihatinan itu, terkadang dia bertanya dalam hati mengapa
Sariburaja suaminya harus jauh darinya sehingga tidak ada lagi waktu untuk
bercengkerama atau paling tidak bersenda-gurau seperti di masa muda, dan juga
Siboru Pareme masih memerlukan belaian kasih sayang baik dikala suka dan duka .
Tahun berganti tahun , Si Raja Lontungpun tumbuh menjadi pria dewasa,dan pekerjaannya sehari-hari
adalah berburu binatang agar mereka
mendapatkan makanan enak yang bergizi. Tubuhnya yang kuat dan kekar, sehingga
dia sanggup untuk selalu berhasil
mendapatkan buruannya seperti babi dan rusa. Kalaupun waktu sedang apes, dia
selalu membawa hasil buruan paling tidak burung , ruba atau musang. Juga tak pernah lupa membawa makanan
berupa buah-buahan yang menjadi makanan
kesukaan ibunya yang penuh gizi .karena
setiap hari mendapat makanan berkalori tinggi ini membuat Si Raja Lontung
memiliki tubuh seorang pemuda kekar dan perkasa.
Demikian pula ibunya Siboru Pareme yang selalu mendapat makanan bergizi dan
buah-buahan yang kaya akan nutrisi , yang menjadikan perawakannya terlihat masih muda dan cantik rupawan, bahkan terlihat tidak sebanding dengan
usianya yang semakin bertambah.
Tetapi sebenarnya
sungguh berat penderitaan seorang istri yang ditinggal sendiri bersama
seorang anak oleh suami yang pergi merantau entah kemana tak tahu rimbanya..
Kepergian sang suami memang bukan karena ada tujuan tertentu akan tetapi memang
demikianlah adanya bahwa Sariburaja adalah kembarannya yang menjadi bapak dari
anaknya itu pergi melanglang buana, melarikan diri untuk menghindari hukuman dari
saudara-saudaranya sendiri, karena perbuatan terlarang yang diperbuatnya kepada
kembaran perempuannya itu, bahkan anak yang lahir itupun tidak sempat
dilihatnya .
Karena tinggal hanya sendiri digubuknya, terkadang dia
sering merasa kesepian sambil menanti anaknya pulang dari berburu atau dari
ladang. Dia menjadi terkenang akan kehidupannya dahulu sewaktu masih tinggal
bersama orangtua dan saudara-saudaranya. Dia juga sering terkenang kepada
saudara kembarannya Sariburaja yang menjadi suaminya, dimana mereka dahulu
selalu pergi bersama-sama ke ladang. Dan bahkan dia terkenang kepada perbuatan
mereka yang saling memadu kasih di bawah rimbunnya rumpun bambu.
Si
Raja Lontung hidup dan besar bersama
ibunya di tengah hutan sekitar Ulu
Darat dan selalu didampingi oleh oleh babiat sitelpang.Tidak seorang pun
manusia lain yang mereka kenal. Namun Siboru Pareme selalu memberi pengetahuan
kemasyarakatan kepada anaknya termasuk partuturan adat batak karena ibunya tidak
ingin anaknya itu menderita lagi seperti aib yang diterimanya selama ini.
Setelah
Si Raja Lontung beranjak dewasa dan
sudah bisa menikah.. ia bertanya kepada ibunya di mana kampung tulangnya. Ia
sangat berniat menikah dengan putri tulangnya (paribannya). Siboru Pareme
merasa sedih mendengar hal itu, hatinya gusar, kalau diberitahu yang
sebenarnya. Ia takut tulangnya akan membuang dan membunuh anaknya itu, Siboru
Pareme selalu berupaya mengelak dari pertanyaan anaknya.
Namun
karena tidak ingin anaknya menjadi korban kemarahan tulangnya dan Siboru Pareme
yakin dan tahu bahwa Si Raja Lontung tidak dapat menemukan seorang perempuan
jadi isterinya di hutan itu, niscaya dia akan mati lajang tanpa keturunan,
akhirnya ia membuat keputusan dengan
mengorbankan dirinya untuk dikawini anak kandungnya sendiri,
kemudian Siboru Pareme membuat
siasat.
Di
suatu waktu Siraja Lontung sedang terbaring di gubuknya,
Siboru Pareme merasa terpana dan bergejolak menatap kekekaran tubuh anaknya itu.
Terkadang hampir-hampir dia tak tahan untuk mengelus tubuh anaknya yang kekar
itu, tetapi selalu saja tertahan hasratnya dan membatalkan niatnya itu, mungkin
dorma yang dipakai oleh Sisaribu Raja sangat ampuh ,sehingga SiBoru Pareme terus terbayang.
Sudah sering dan berulang-ulang suasana hati yang
demikian dirasakan oleh Siboru Pareme dan bahkan gelora dihatinya itu membuat
mulutnya terkatup sehingga Siborupareme lebih sering diam seribu bahasa.
Demikian pula Lontung yang sudah dewasa sering
melirik secara sembunyi kecantikan wajah
ibunya itu.
Pernah juga di suatu sore terjadi sewaktu Si
Raja Lontung sedang duduk-duduk mengamati ibunya yang sedang mandi bunga
(marpangir) di tepi sungai. Pada saat itu matahari sudah mulai terbenam di barat, sehingga
suasana hari menjadi redup dan sangat menyejukkan untuk mandi. Siboru Pareme
sebenarnya mengetahui anaknya sedang mengamatinya mandi tetapi dia seolah-olah
tidak tahu, dia berharap agar anaknya itu tetap melihat dia mandi, bahkan dia sengaja
agak lama mandinya yaitu dengan mengulangi menggosok-gosok tubuhnya dengan
jeruk purut lainnya.
Walaupun suasana pada hari itu sudah sejuk karena
sinar matahari sudah bersembunyi dibalik gunung tetapi tubuh Lontung tetap
berdiam diri . Hampir saja dia melangkahkan kakinya mendekati ibunya yang
sedang mandi itu supaya dia bisa melampiaskan gelora yang ada dalam pikirannya.
Tetapi hasrat itu dibatalkannya dan dia
mampu mengalahkan niat jahat tersebut .
Tapi hanya sebentar kemudian ada hasrat
ingin memeluk ibunya sebagai kekasih.
Sewaktu dilihatnya ibunya bergerak akan pulang ke
gubuk, seketika itu dia melompat menyingkir dengan setengah berlari agar dia
lebih dulu sampai di gubuk. Setalah sampai
di rumah dia pura-pura tidur dan
berbaring seperti orang yang sedang sakit. Setelah ibunya sampai di gubuk dan
melihat anaknya sedang terbaring, maka dia membalikkan kepala anaknya itu agar
saling berhadapan muka, tetapi Si Raja Lontung memejamkan matanya karena masih
ada rasa malu dalam dirinya. Oleh karena itu Siboru Pareme mengoleskan sedikit minyak ke bagian
matanya sambil mendongokkan wajahnya
yang sudah bersih berseri itu. Setelah dia mengurut kening anaknya itu lalu dia
merebahkan kepala anaknya itu dipangkuannya sambil memeluknya.
Lontung merasakan kelembutan ibunya
seperti bukan seorang ibu tetapi kelembutan dari seorang kekasih, seketika
ibunya itu membukakan kelopak mata anaknya dengan jari-jarinya, lalu mereka
saling berpandangan. Diciumnya anaknya itu dan dipeluknya dengan gemas, dan
diapun menerawangkan dirinya merasakan ada hal aneh dalam dirinya dan merasa bahwa Si Raja Lontung seperti
bukan anaknya tetapi sebagai suami , dan enaknya berumahtangga hidup bersama suami. Dia
sudah terlupa bahwa lelaki yang dipeluknya itu adalah anaknya sendiri, tetapi
dia merasakan bahwa anaknya adalah
suaminya.
Entah berapa lama Siborupareme berpelukan dengan
anaknya itu, seketika terlintas dipikirannya sebuah sandiwara yang akan
dilakukannya. Dia kemudian mendudukkan Si Raja Lontung dan mulai menyampaikan
maksudnya kepada anaknya itu:
"Begini anakku, kau besok
pergilah ke tempat tulangmu, dan bawalah
barang-barang yang akan kau
tunjukkan kepada putri paman itu”.Kemudian ibunya menjelaskan
“Jalur jalan yang akan kau lalui , yaitu dengan menyusuri tepi pantai danau dan
terus berjalan sampai di suatu tempat di mana harus mendaki menuju gunung Pusuk
Buhit ”kata Si Boru Pareme sambil
membuat suatu denah,
“Setelah kau temukan tempat pemandian disitulah kau
menunggu kedatangan putri pamanmu itu, dan pada siang hari di hari kedua maka
kau pasti melihat dia sedang mandi bunga (marpangir)”.kata Si Boru Pareme ,
“Aku sudah melihat apa yang
ada dalam hatimu karena memang benar kau sudah dewasa. Begitupun, kita harus
memohon kepada Tuhan Mulajadi Nabolon agar kau diijinkan bertemu dengan putri
pamanmu di Sianjurmulamula, dan itulah yang akan menjadi istrimu. Oleh karena
itu, kalau kau sudah merasa sehat, bersiapsiaplah untuk pergi. Putri pamanmu
itu mirip dengan aku, bahkan sangat mirip, wajahnya, rambutnya, perawakannya,
tingginya memang sangat mirip dengan aku. Biasanya dia mengambil air pada sore
menjelang malam atau pagi hari. Apabila kau jumpai ada yang mirip seperti aku seperti yang aku
jelaskan tadi, coba tegaskan apakah memang benar dia putri pamanmu. Coba
pasangkan cincin ini dijarinya dan kalau semua cirinya cocok, sudah pasti itu
adalah putri pamanmu. Kau harus pintar merayunya, supaya dia mau kau ajak ke
kampung kita ini, karena bila dia yang akan membawamu ke kampung tulangmu, maka
kita harus menyediakan tuntutan adat dan mereka pasti akan meminta mahar
seperti kerbau, lembu, seperangkat gong, termasuk emas dan uang, padahal tak
ada yang ditinggalkan bapakmu kepada kita. Kalau demikian yang terjadi,
biasanya kau akan dipekerjakan paling tidak selama setahun dua tahun barulah
dinilai apakah kau pantas jadi menantunya. Jadi, kau harus benar-benar pintar
merayunya dan kalau boleh paksakan dia ikut ke kampung kita. Nanti dikemudian
hari baru kita berkunjung menjumpai pamanmu untuk menyatakan bahwa putrinya ada
di sini bersama kita."lalu masuk ke kamar.
Mendengar penjelasan dari ibunya itu maka dia semakin
semangat dan diapun mengangguk tanda setuju untuk berangkat besok hari
Esok hari, ibunya Siboru Pareme sangat bersemangat, seolah hidup kembali
bagaikan putri yang sedang dipersunting pangeran tampan. Setelah dia melihat
anaknya berjalan turun menuju tepian danau, diapun segera bersiap-siap membawa
perlengkapan yang biasa dibawanya bila akan mandi kembang. Kemudian dia sudah mempersiapkannya segala sesuatunya sejak
malam hari ,agar dia dapat berjalan mendahului anaknya sampai di pemandian itu.
Oleh karene itu
, sebelum Si Raja Lontung sampai ke
tempat permandian. ibunya Siboru Pareme , lebih dahulu sampai di tempat yang sudah
ditentukan.
Setelah hari ke dua, pagi harinya Siboru Pareme sudah
sampai di tempat pemandian. Lalu ia
meletakkan sepotong bambu yang biasanya digunakan untuk mengambil air dan dia
mulai membuat nyanyian bertutur (andung-andung) yang mengisahkan penantian seorang
pemuda dengan seorang wanita. karena
sudah agak lama Siborupareme menanti di dalam air ,sehingga kulitnya terlihat
agak hitam.
Menjelang tengah hari , tubuhnya sudah semakin
kedinginan di dalam air itu dan dia merasa agak khawatir apakah anaknya yang
dinantikannya itu kesasar.Perasaan takut itu membuat wajahnya cemberut sehingga
kecantikannya agak berubah sedikit dibanding dua hari lalu yang begitu bersemangat
dan bersinar. Ada terbetik dalam hatinya apakah nantinya Lontung menjadi tidak
suka kepadanya karena kulitnya sudah semakin menghitam.Walaupun demikian, dia
masih menenangkan hatinya lalu duduk di batu di mana dia akan mandi kembang dan
berada pada posisi membelakangi jalan masuk ke pemandian itu ,dengan maksud
agar punggungnya tampak jelas bila Si Raja Lontung datang ketempat itu.
Tidak berapa lama kemudian , ada terdengar suara
ranting yang patahdari arah bawah, dia
merasa Si Raja Lontung sudah datang dari arah suara itu. Dan
memang benar, Si Raja Lontung sudah tiba
dan sangat kelelahan mencari tempat
permandian itu selama dua hari, tetapi letihnya segera sirna karena dia melihat
seorang perempuan sedang berada di permandian..
"Benar juga yang
dikatakan ibu itu, memang ada perempuan dipemandian ini ",pikirnya.
Kemudian
terdengar suara Siboru Pareme sedang melantunkan lagu tentang cinta ,lalu dia
menyimak lagu tembang yang dialunkan perempuan itu, maka dia merasa yakin bahwa
itulah yang dimaksudkan ibunya sebagai putri tulangnya.Lalu dia mengucapkan
syukur kepada Tuhan Mulajadi Nabolon.Kemudian Si Raja Lontung berdiri dan
meyakinkan dirinya untuk menghampiri putri pamannya itu. Setelah berjalan
beberapa langkah , sejarak yang mampu
untuk berkomunikasi lalu dia bersuara,
"Halloooo yang ada orang di pemandian
ini ?!!!"
serunya
dengan suara yang agak keras, tetapi tidak segera ada jawaban. Karena tidak ada
suara maka dia merasa kecut, karena menurut cerita ibunya,biasanya setan ada di
pemandian bila tepat tengah hari .
Tetapi kemudian pikirnya,
"inikan sudah lewat tengah hari, mana mungkin ada setan buka baju!" Lalu
dia mengulangi panggilannya,
"Hallloooo........ yang ada dipemandian
ini, aku sudah haus dan mau ke arah situ!!!!", serunya agak kuat.
Tetapi masih
belum ada juga sahutan dari seberang sana. Perempuan itu hanya menoleh sekejap
kearah suara yang memanggil dan kemudian melanjutkan mandi kembangnya. Untuk
ketigakalinya Si Raja Lontung memanggil sambil
melangkahkan kakinya lebih dekat ke pemandian itu.Setelah sampai di pemandian
dan bertemu pandang dengan perempuan yang mandi itu lalu dia berkata,
"Kalau memang setan ya setan ibulah
kamu, kalau memang seorang putri, ya putri pamankalah kamu. Aku hanya mau minta
sedikit air untuk minum karena aku sangat haus, kalau memang nggak
keberatan."
Kemudian perempuan
itupun memberikan air yang diminta Si Raja
Lontung dan meminumnya.
"Sepertinya anda orang
baru, siapakah anda ini dan mau kemana tujuannya?" demikian sapaan perempuan itu.
Karena
perempuan itu memberi respon ,dan pertanyaannya maka Si Raja Lontung merasa tersambut dan senang
hati, lalu dia menjawab;
"Memang iya ito,
tetapi kalau nggak salah ito adalah putri paman saya? aku memang sengaja
diberangkatkan oleh ibuku untuk menjumpai putri tulangku di pemandian
ini." Demikian
jawab Lontung.
"Tetapi bukan asalan
putri tulangku, karena ibuku menyebutkan
ada tanda-tanda untuk mengenalnya?" Kata Si Raja Lontung sambil mengamati perempuan itu.
"Akupun demikian, aku seorang
putri yang sedang menantikan seorang putra namboruku bernama Siboru Pareme " kata perempuan itu,
Mendengar perkataan siperempuan yang menyebut nama ibu Si Raja Lontung ,maka dia merasa yakin yang
ada dihadapannya memang benar putri tulangnya seperti yang diceritakan oleh ibunya .
Tetapi Lontung masih belum begitu yakin walaupun
memang mirip seperti yang diceritakan oleh ibunya,
"Tetapi kok agak hitam dan jari-jarinya
terlihat agak kecil,"pikirnya dalam hati.
Hatinya pun agak goyah juga untuk meyakini apakah
memang benar perempuan ini adalah putri tulangnya, seperti yang dimaksud oleh
ibunya . Melihat gelagat yang agak kurang yakin pada diri si Raja Lontung ,maka
Siboru Pareme berdiri dari pemandian itu sambil membelakangi Si Raja Lontung.
Begitu melihat tubuh perempuan itu dari belakang
memang cantik, bahwa tingginya dan rambutnya memang persis sama seperti yang
diceritakan.
"Kalau hanya kulitnya
yang agak hitam ya nggak apalah itu,"
demikian
pikirnya dalam hati
.Lalu perempuan itu membuka pembicaraan,
"Kalau memang harus
memenuhi ketentuan adat, ayo kita ke kampung ayah saya!" kata perempuan itu.
Mendengarkan ajakan itu Raja Lontung menjadi agak
takut, karena dia memang belum pernah mengerti perkataan adat istiadat, dan
memang belum pernah tahu bagaimana meminang seorang gadis, termasuk belum
pernah dia merantau ke kampung lain.
Dengan segera dia membalas perkataan perempuan itu dan
berkata,
"Kalau memang benar
kau putri pamanku berikanlah aku air untuk minum".
Kemudian perempuan itu memberikan air ke Si Raja Lontung,sewaktu
menerima air tersebut Si Raja Lontung menangkap jari-jari tangan perempuan itu,
lalu dia mengeluarkan cincin yang dipesankan oleh ibunya untuk disematkan pada
jari-jari perempuan itu. Tetapi karena jari-jari perempuan itu sudah mengecil
selama berendam dalam air sehingga cincin itu kurang pas, tetapi masih ada yang
dia mau berikan sebagai penegasan pembuktian bahwa itu adalah putri pamannya
dan dia mengeluarkannya dan kebetulan memang cocok. Maka yakinlah Si Raja Lontung bahwa perempuan itu memang
putri pamannya.
Pada awalnya perempuan itu pura-pura menolak sambil
menegaskan supaya mereka berdua pergi menghadap bapaknya dan orang tuatua di kampung.Mendengar
penolakann itu Si Raja Lontung mencari kata-kata yang tepat ,karena dia ingat
bahwa mereka orang miskin yang tidak punya harta apa-apa. Lalu berkata,
"Aku tidak menolak untuk membawa kau ke
kampung orang tuamu,tetapi aku sudah sangat yakin bahwa kau memang putri
pamanku dan ibuku sudah memesan agar kau kubawa saja kekampungku menjumpai ibu
dan kalau memang ito yang dimaksud ibuku marilah ikut dengan aku".
Kemudian Si Raja Lontung meraih tangan perempuan itu
sambil membawanya kearah kampungnya.
Diperjalanan dia selalu mengiyakan apa saja yang diminta oleh perempuan itu.
Setelah berjalan sedemikian jauh, perempuan itu berkata,
"Kakiku sudah letih
berjalan, kita bermalam di liang ini saja supaya bisa kita memulihkan tenaga
untuk melanjutkan perjalanan besok". sambil menunjukkan gua kecil yang ada disitu.Si Raja Lontung
menyetujuinya dan mereka tinggal untuk bermalam di gua itu.
Keesokan harinya mereka terbangun dan berkemas untuk
melanjutkan perjalanannya. Selepas tengah hari mereka sudah sampai digubuk
ibunya. Sesampai digubuk itu Si Raja Lontung segera berkemas membereskan yang
ada di gubuk itu. Lontung bergerak kesana kemari sambil memanggil ibunya yang
tentu saja tidak ditemukannya tetapi dia menyangka ibunya sedang pergi mencari
kayu bakar atau makanan.
Setelah menunggu beberapa lama tidak juga muncul
ibunya, diapun berkata,
"mungkin ibu sedang mencari makanan untuk
menyambut menantunya, sebaiknya kita berteduk saja di bawah pohon di samping
gubuk ini, karena hari sudah mulai teduh”demikian katanya kepada Siborupareme.
Lontung melangkah keluar untuk berteduh dibawah pohon rindang itu lalu dia
merebahkan tubuhnya yang dihembus oleh angin sepoi-sepoi lalu dia memanggil
putri pamannya itu. Pada awalnya panggilan itu pura-pura tidk didengar oleh
Siborupareme sehingga Lontung menghampirinya dan mengiringnya untuk duduk
dibawah pohon itu. Perempuan itupun kemudian berkata,
"Aku mau tidur saja di gubuk karena
kakiku sudah letih selama perjalanan tadi".
"Betul
juga," pikir
Lontung dalam hatinya, lalu dihantarnya perempuan itu kembali ke gubuk dan dia
berniat untuk mencari dimana ibunya berada.
Kemudian Lontung pergi ke ladang arah tempat pemandian
karena mungkin ibunya sedang mandi disitu. Sebentar dia mengamati tetapi tidak
ada tanda-tanda dan yang terlihat ada bampu tempat mengambil air, lalu dia
menyingkir agak menjauh maksudnya supaya tidak kepergok malu melihat ibunya
mandi. Dari agak kejauhan dicobanya untuk memanggil ibunya tetapi tidak ada
sahutan, kemudian pikirnya,
"biar ajalah ibu mandi
dulu biar nanti kalau pulang terlihat
cantik"
lalu dia berjalan kembali ke gubuk.
Sesampai di gubuk dilihatnya putri tulangnya itu
tertidur ,lalu mendekatinya kemudian mereka tidur bersama. Diluaran sana
juga terdengar suara-suara binatang seolah ikut menikmati kebahagiaan mereka
berdua
Setelah bangun tidur mereka kemudian duduk bersama di samping
dapur perapian memasak, Kemudian SiRaja Lontung teringat akan ibunya di mana
sedang berada. Timbul pertanyaan mengapa ibunya belum pulang juga. Timbul
kekhawatirannya siapa tahu ibunya itu sudah dimangsa harimau karena nggak ada
orang yang menolongnya. Kemudian dia berkata kepada putri tulangnya itu,
“Aku pergi sebentar ke tepi
hutan dekat gunung sana, karena biasanya ibu ada disana.”
Siboru Pareme membiarkannya pergi dan menghantarnya
tidak berapa jauh arah ke ladang yang ada di situ.Di tengah perjalanan Si Raja Lontung
terus berpikir mengapa ibunya pergi tanpa menunggu kedatangan menantunya. Tetapi
pikirannya cenderung mengarah kepada bahaya yang menimpa ibunya. Tercucur juga
airmatanya di dekat hutan itu sambil melihat-lihat ke sekitar dimana mereka
sering berada di tepi hutan itu. Setelah memastikan bahwa ibunya memang tidak
ada disitu maka dia melangkah pulang dengan gontai dan terlihat lemas.
Sesampai di gubuk itu, perempuan itu melihat kesedihan
tergambar di wajah Si Raja Lontung dan diapun berusaha menghiburnya, dan
berkata,
“ Sebelum aku pergi ke permandian , aku sudah
berjumpa dengan ibumu kemudian ibu
berpesan agar aku menunggumu di
permandian , kemudian ibu pergi lagi ,
katanya untuk menjumpai suaminya Saribu Raja dan bila sudah jumpa mereka akan
menemui kita di gubuk ini “.
Demikianlah hari demi hari mereka lalui dalam
kebahagiaan,
Terkadang timbul juga keheranan dalam hati Si Raja Lontung yang bertanya-tanya bahwa mungkin saja perempuan yang dikawininya ini adalah ibunya sendiri karena semua ciri-cirinya sangat mirip. Bentuk tubuhnya, tingginya, panjang rambutnya, jari-jarinya dan lainya. Tetapi kecurigaannya itu disembunyikannya didalam hati karena kalaupun harus ditanyakan langsung kepada perempuan itu, dia merasa malu.
Terkadang timbul juga keheranan dalam hati Si Raja Lontung yang bertanya-tanya bahwa mungkin saja perempuan yang dikawininya ini adalah ibunya sendiri karena semua ciri-cirinya sangat mirip. Bentuk tubuhnya, tingginya, panjang rambutnya, jari-jarinya dan lainya. Tetapi kecurigaannya itu disembunyikannya didalam hati karena kalaupun harus ditanyakan langsung kepada perempuan itu, dia merasa malu.
Dari hasil perkawinan Si
Raja Lontung dan Si Boru Pareme melahirkan turunan sebagai berikut :
1.
Ompu
Tuan Situmorang (putra)
2.
Sinaga
Raja (putra)
3.
Pandiangan
(putra)
4.
Nainggolan
(putra)
5.
Simatupang
(putra)
6.
Aritonang
(putra)
7.
Siregar
(putra)
8.
Siboru
Amak Pandan (putri) kawin dengan Sihombing dan
9.
Siboru
Panggabean (putri) kawin dengan Simamora
Komentar
Posting Komentar